TIMES BALI, BALI – I Made Susanta Dwitanaya mengisahkan bagaimana dirinya mengenal l Made “Dolar” Astawa sejak 11 tahun yang lalu.

Diawali perjumpaan mereka yang terjadi pada akhir 2011 yang lampau saat dirinya baru saja menamatkan studi seni rupa di Singaraja.

Bersama beberapa kawan sesama anak anak muda yang baru saja menyelesaikan studi seni rupa, Dwitanaya mengaku sedang “haus-hausnya” pada sebuah ruang untuk mempresentasikan karya mereka sebagai perupa muda kehadapan publik seni rupa.

"Di tengah semangat muda kami yang mengebu-gebu memperjuangkan mimpi hadir dalam medan seni itulah kami berjumpa dengan sosok Bli Dolar, begitulah saya menyapanya," kisahnya, Jumat (20/9/2024).

Baginya, Bli Dolar bersama kawan kawannya di kelompok Ten Fine Art yang berbasis di Sanur sedang aktif-aktifnya mengelola sebuah art space yang terbuka tak hanya membuka art space untuk kepentingan para anggota kelompoknya namun juga memiliki perhatian bagi pertumbuhan medan sosial seni rupa Bali, salah satunya  memberikan ruang bagi para anak anak muda untuk berpameran kala itu.

"Ten Art Space, adalah ruang yang pertama kali menerima proposal pameran kami kala itu setelah sekian banyak galeri dan art space lainya di Bali tak satupun yang  merespon proposal pameran yang kami ajukan kal itu," jabarnya.

Sejak momen itulah, Ia mulai mengenal sosok Bli Dolar bukan sebagai seorang pelukis yang hanya fokus pada bagaimana membangun karier sebagai pelukis saja, tapi memiliki perhatian pada perkembangan hal hal lain disekitar seni lukis dan kesenimanannya, yakni medan sosial seni itu sendiri.

"Ia yang kala itu mengenal saya sebagai anak muda yang memiliki keinginan untuk belajar terjun ke dunia penulisan dan kurasi seni rupa sangat memberikan dukungannya," katanya.

Dalam setiap kesempatan berbincang, dengan gayanya yang khas, penuh kelakar itu Ia selalu menyisipkan pesan, masukan dan memberikan semangat agar dirinya tidak berhenti dan terus belajar mengembangkan diri sebagai penulis seni rupa. 

Setelah beberapa kali sempat menulis dan mengkurasi pameran perupa muda di Ten Art Space, sekitar akhir tahun 2012 , Bli Dolar menjadi jembatan bagi Dwitanaya untuk berkenalan dengan Bli Wayan Seriyoga Parta seorang penulis dan kurator seni rupa yang mulai aktif pada awal 2000an dengan aktivitas dan pergerakannya.

"Melalui Bli Dolar-lah saya mengenal sosok Bli Yoga sosok yang menjadi salah satu mentor dan teman diskusi saya ketika memulai karier di dunia penulisan dan kurasi, sampai akhirnya kami  bersama dengan dua kawan lainya yakni Dewa Purwita dan Wayan Nuriarta mendirikan Gurat Institute pada tahun 2014," lanjutnya.

Sampai kinipun, Dwitanaya menganggap Made Dolar Astawa masih menjadi kawan diskusi yang menyenangkan dan selalu memiliki perhatian yang besar atas apa yang di kerjakan di Gurat Institute.

Selain pernah mengelola ruang Ten Art Space bersama kawan-kawanya di dalam komunitas Ten Fine Art. Bli Dolar sampai kini juga masih dipercaya oleh Ida Bagus Gede Sidharta Putra, pemilik Griya Santrian Hotel untuk mengelola Santrian Gallery yang berlokasi di dalam Hotel Santrian.

Kiprah Bli Dolar di Santrian Gallery melalui kerja kerja tata kelola pameran yang dilakukannya telah membawa Santrian Gallery menjadi ruang seni yang inklusif serta menjadi salah satu ruang seni rupa yang representative di Bali.

Sebagai sesama pelaku seni Bli Dolar adalah sosok pengelola gallery yang mampu terjun dan mengenal dengan baik bagaimana kondisi dan peta pelaku seni rupa di Bali.

Melalui Bli Dolar sebagian visi Santrian Gallery sebagai rung seni yang mengakomodir berbagai perkembangan dan dinamika seni rupa Bali digerakkan.

Kini di tahun 2024 setelah sekian lama Bli Dolar berkiprah dan mendedikasikan dirinya sebagai pengelola ruang Santrian Gallery, Bli Dolar akhirnya berpameran tunggal.

"Jika biasanya Bli Dolar disibukkan dengan urusan mempersiapkan dan mengurus pameran yang dikerjakan seniman lain di Santrian Gallery kini saatnya Bli Dolar mempresentasikan karya-karyanya sendiri kehadapan publik," ujar Dwitanaya.

Karya-karya yang dikerjakanya di sela sela aktivitas sebagai pelaku tata kelola pameran sekaligus kesibukanya di ruang sosial kemasyarakatan di lingkungan adatnya karena saat ini Bli Dolar juga menjadi seorang Bendesa atau ketua adat di Dadia atau soroh (klan) di desanya.

Di tengah berlapisnya aktivitas yang dijalankan Bli Dolar, mulai dari pengelola gallery hingga tetua adat, karya-karya lukis mutakhirnya ini hadir sebagai akumulasi dari gagasannya sebagai pelukis.

Melalui karyanya yamg mengusung abstrak(si) itu terendap berbagai pernyataan dirinya sebagai subyek aktif dalam ruang-ruang kulturalnya. "Dan pada akhirnya, sebagai kawan diskusi secara personal saya ingin menyampaikan bahwa Bli Dolar adalah sosok pelukis yang tak hanya khusuk melukis. Melalui dedikasinya sebagai pengelola ruang, baik dulu di Ten Art Space maupun kini di Santrian Gallery Bli Dolar adalah salah satu praktisi tata kelola dalam medan sosial seni rupa Bali," kata Dwitanaya penuh bangga.

Melalui kerja kerja yang dilakukan Bli Dolar pameran di Santrian Gallery dapat berjalan sebagaimana adanya. Dari Bli Dolar, Dwitanaya mengaku banyak belajar tentang arti sebuah kerja berkesenian sebagai ruang berbagi dan mengabdi, ruang untuk saling terkoneksi, membagi waktu, tenaga dan pemikiran untuk sebuah perkembangan medan sosial seni itu sendiri. (*)