TIMES BALI, JAKARTA – Mencegah perundungan pada anak bukan hanya soal melindungi mereka dari pelaku, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan untuk membela diri. Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, mengungkapkan bahwa pengasuhan yang menekankan asertivitas dan komunikasi terbuka adalah kunci untuk membentuk anak yang tangguh dan mampu menghadapi situasi sulit.
Pentingnya Mengajarkan Asertivitas pada Anak
Asertivitas adalah kemampuan untuk menyampaikan apa yang dirasakan, diinginkan, dan dipikirkan tanpa mengabaikan hak orang lain.
Menurut Vera, anak yang diajarkan asertif sejak dini akan lebih mudah menyampaikan perasaannya secara jelas dan etis, serta lebih berani menetapkan batasan ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman. “Ajarkan anak untuk asertif, berani mengungkapkan apa yang ia rasakan secara jelas dan etis, terapkan pengasuhan demokratis di mana anak terbiasa untuk berpendapat,” jelasnya.
Manfaat Pengasuhan Demokratis
Menerapkan pola asuh demokratis di rumah, di mana anak diberi ruang untuk berpendapat dan didengarkan, akan membuat anak merasa dihargai dan lebih percaya diri. Dengan begitu, mereka akan terbiasa mengungkapkan apa yang dirasakan tanpa ragu. Anak yang asertif dan percaya diri dapat lebih tangguh menghadapi perundungan, baik secara verbal maupun fisik, karena mereka tahu cara membela diri dan meminta bantuan.
Mengembangkan Potensi dan Kelebihan Anak
Selain mengajarkan asertivitas, Vera juga menekankan pentingnya orangtua untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan potensi dirinya. “Ketika anak tahu kelebihannya, ia akan lebih percaya diri dan tidak mudah merasa rendah diri,” ujarnya. Ini akan membuat anak memiliki mental yang kuat, sehingga tidak mudah menjadi sasaran perundungan.
Menciptakan Lingkungan Rumah yang Penuh Kasih Sayang
Vera juga mengingatkan pentingnya menciptakan suasana rumah yang penuh cinta dan dukungan. Anak yang merasa dicintai dan didukung di rumah, akan memiliki fondasi emosional yang kuat dan lebih sulit untuk direndahkan oleh pelaku perundungan. “Penuhi hidup anak dengan cinta dan perhatian di rumah, ini akan menjadi tameng mereka ketika menghadapi masalah di luar,” sarannya.
Tingkat Kekerasan pada Anak Masih Tinggi
Kekerasan pada anak masih menjadi masalah serius di Indonesia. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa pada awal 2024, telah terjadi 141 kasus kekerasan terhadap anak, di mana 35 persen di antaranya terjadi di lingkungan sekolah. Ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan perundungan di sekolah sangatlah penting, baik melalui pengasuhan di rumah maupun kebijakan di institusi pendidikan.
Dengan mengajarkan anak asertivitas, mengembangkan kepercayaan diri mereka, dan menciptakan lingkungan rumah yang positif, orangtua dapat membantu mencegah anak menjadi korban bullying. Langkah-langkah ini bukan hanya membuat anak lebih kuat secara emosional, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Cegah Bullying pada Anak: Ajarkan Asertivitas dan Percaya Diri Sejak Dini
Pewarta | : Antara |
Editor | : Faizal R Arief |