TIMES BALI, PACITAN – Di saat banyak sekolah sibuk mengejar angka dan peringkat, SMPN 1 Ngadirojo Pacitan, memilih jalan yang sedikit berbeda. Sekolah ini menjadikan ruang belajar sebagai tempat tumbuhnya kesadaran budaya. Caranya pun kreatif: menghadirkan Dasamuka, inovasi “Udeng Instan Samudra Loka” yang lahir dari tangan guru dan siswa.
Inovasi ini tak sekadar proyek sekolah. Dasamuka berhasil melaju ke jajaran 10 Besar Pacitan Innovation Award (PIA) 2025, ajang inovasi yang digelar Bappeda Pacitan dan diikuti berbagai unsur masyarakat.
Momen puncaknya berlangsung pada 8 Desember 2025, dalam malam penganugerahan yang digelar di Pendopo Kabupaten Pacitan.
Suasana khidmat terasa ketika para inovator dari berbagai bidang berkumpul, dihadiri Wakil Bupati Pacitan Gagarin Sumrambah, jajaran DPRD, Sekda, hingga kepala organisasi perangkat daerah.
Di antara para nominator itulah, nama SMPN 1 Ngadirojo disebut sebagai salah satu inovator terbaik tahun ini.
Malam Penganugerahan Pacitan Innovation Award 2025. SMP Negeri 1 Ngadirojo sukses menembus Top 10. (Foto:Weny Bella for TIMES Indonesia)
Proses Panjang di Balik Sebuah Udeng
Masuk 10 besar tentu bukan hasil kerja instan. Perjalanan Dasamuka dimulai sejak Juli 2025, saat tim mendaftarkan inovasi mereka. Sejak itu, kepala sekolah, guru, hingga komite sekolah bahu-membahu mematangkan konsep.
Puncak proses terjadi pada paparan final, 20 November 2025.
Ada tiga fase penting yang dilalui mulai perencanaan yang rapi, pelaksanaan yang teliti, serta evaluasi yang jujur. Semua dijalani dengan konsistensi, dan ini sesuatu yang sering kali menjadi kunci keberhasilan sebuah inovasi.
Dari Batik Ngadirojo untuk Semua
Dasamuka lahir dari kesadaran sederhana. Ngadirojo dikenal sebagai salah satu sentra batik di Pacitan.
SMPN 1 Ngadirojo sendiri memiliki ekstrakurikuler batik yang aktif. Dari sinilah ide berkembang: bagaimana jika batik tidak hanya menjadi kain, tetapi diolah menjadi sesuatu yang lebih fungsional?
“Kami ingin batik bisa dipakai dengan cara yang lebih praktis, tanpa menghilangkan nilai budaya,” ujar Weny Bella Angkasari, perwakilan tim inovasi.
Udeng instan pun dipilih. Aksesori kepala khas Jawa ini kerap dipakai dalam acara kedaerahan, tetapi tidak semua orang mahir mengikatnya.
Dasamuka hadir sebagai solusi praktis dipakai, tetap berwibawa, dan sarat identitas lokal.
Pemaparan Inovasi Dasamuka oleh Weny Bella Angkasari dan Cindhe Kirana di Bappeda Pacitan. (Foto: Weny Bella for TIMES Indonesia)
Ketika Digital Bertemu Canting
Bagian paling menarik dari Dasamuka justru terletak pada prosesnya. Para siswa diajak merancang motif “Samudra Loka” menggunakan aplikasi digital. Dari layar gawai, motif kemudian dipindahkan ke kain mori sebagai pola dasar.
Namun sentuhan tradisi tetap dijaga. Proses membatik dilakukan secara manual. Siswa belajar mencanting, mewarnai dengan teknik colet, hingga mengunci warna.
Mereka juga mendapat pendampingan langsung dari pengrajin Batik PSR, sehingga transfer pengetahuan berlangsung nyata, bukan sekadar teori.
Setelah melalui proses melorod (pelepasan lilin) kain batik kemudian dijahit menjadi udeng instan di Purwa Jahit.
Kolaborasi dengan UMKM lokal seperti Batik PSR, Batik Puri, dan Batik Puspita memastikan kualitas produk tetap terjaga dan layak bersaing di pasar.
Lebih dari Sekadar Produk Sekolah
Cerita Dasamuka tidak berhenti di produksi. Udeng yang telah jadi dikemas dengan rapi dan menarik, lalu dipasarkan secara terbatas. Tim juga mengumpulkan umpan balik dari warga sekolah dan masyarakat.
“Responsnya di luar dugaan. Banyak yang merasa terbantu karena bisa memakai udeng dengan cepat, tapi tetap terlihat rapi dan berkarakter,” tutur Weny.
Berangkat dari lingkungan kecil di Ngadirojo, Dasamuka kini menjelma menjadi simbol kebanggaan.
Ia menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler, jika dikelola dengan visi yang tepat, bisa melahirkan inovasi yang berdampak ekonomi sekaligus menjaga jati diri budaya.
Di tangan siswa-siswa SMPN 1 Ngadirojo, batik tak lagi hanya warisan. Ia menjadi masa depan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Inovasi Dasamuka Antarkan SMPN 1 Ngadirojo ke Panggung Pacitan Innovation Award
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Ronny Wicaksono |