https://bali.times.co.id/
Berita

Catatan Penting Syafii Maarif Soal Anwar Ibrahim

Minggu, 15 Januari 2023 - 08:28
Catatan Penting Syafii Maarif Soal Anwar Ibrahim Anwar Ibrahim saat sah menjadi Perdana Menteri (PM) Malasyia. (FOTO: Facebook Anwar Ibrahim)

TIMES BALI, JAKARTA – Sebelum terpilih menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia, Anwar Ibrahim melewati jalan terjal dan getir dalam waktu yang cukup lama.

Ya, sebelum menakhodai negeri jiran, ia pernah menjadi tahanan politik selama bertahun-tahun.

Pada masa kepemimpinan PM Mahathir, tahun 1999, dalam persidangan yang kontroversial, dia divonis penjara enam tahun atas tuduhan korupsi dan setahun kemudian mendapatkan tambahan vonis sembilan tahun penjara atas tuduhan sodomi.

Mahkamah Federal Malaysia kemudian membatalkan tuduhan sodomi dan Anwar dibebaskan dari penjara tahun 2004. Namun, Juli 2008, ia kembali ditangkap atas tuduhan sodomi terhadap seorang asisten pribadinya.

Pada 7 Maret 2014, ia dinyatakan bersalah atas tuduhan sodomi dan dijatuhi hukuman 5 tahun penjara oleh Pengadilan Banding.

Para pengamat politik internasional menyebut, keluar masuknya Anwar Ibrahim di penjara semata-mata karena kritis terhadap pemerintahan saat itu. Salah satunya karena ia selalu memberikan "serangan" kepada pemerintah akibat korupsi yang sangat kronis di negaranya.

Catatan Penting Syafii Maarif 

Kepedihan perjalanan politik Anwar Ibrahim sempat dicatat dengan serius oleh tokoh Indonesia yakni Ahmad Syafii Maarif. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu sendiri sudah wafat pada 27 Mei 2022 lalu.

Dalam bukunya berjudul "Menerobos Kemelut", ia mengatakan, pada saat mendengar Anwar Ibrahim keluar dari penjara tahun 2004 itu, ia langsung menghubungi para koleganya di Indonesia. 

"Saya waktu itu sedang dalam perjalanan dari Jakarta ke Aceh. Tidak ayal lagi sewaktu transit saya sebarkan berita bagus itu kepada teman-teman, termasuk kepada Bung Rendra, Rizal Sukma, Jeffrie Geovanie, Munir Mulkhan, dan Azyumardi Azra yang sedang bersiap-siap mau berangkat ke Turki dari Paris bersama Abdullah Gymnastiar," katanya dikutip TIMES Indonesia, Minggu (15/1/2023).

Menurut Syafii Maarif, tak seorang pun di antara teman-temannya itu yang tidak merasa lega mendengar berita pembebasan itu karena sebuah drama politik yang memakan korban telah berlalu.

Syafii Maarif bercerita, sekalipun tidak terlalu dekat, ia telah kenal Anwar Ibrahim sejak akhir 1970. Itu sewaktu dirinya masih belajar di Universitas Ohio, Athens, Amerika Serikat (AS). 

"Oleh karena saya tinggal di asrama bersama-sama teman Malaysia, dan Anwar singgah di Athens, maka terjadilah perkenalan itu. Sebagai pendiri dan tokoh puncak Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) yang secara politik lebih dekat kepada Partai Islam Se-Malaysia (PAS) daripada Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), bergabungnya Anwar dengan Mahathir awal 1980-an menimbulkan banyak tanda tanya di kalangan komunitas santri Malaysia. Ada apa ini?," jelasnya.

Mengapa Anwar bersedia masuk ke dalam UMNO, saingan terberat PAS? Kata Syafii Maarif, bertahun-tahun pertanyaan itu mengelembung di udara politik Negeri Jiran itu.

Tak Percaya Anwar Ibrahim Melakukan Korupsi dan Sodomi

Ia mengatakan, Anwar dipecat dari timbalan perdana menteri dan kemudian diadili dan dipenjarakan karena dituduh terlibat korupsi dan kemudian sodomi. Kata dia, tak seorang pun di dunia bebas yang percaya bahwa Anwar Ibrahim adalah sosok seperti yang dituduhkan itu. 

"Terasa bahwa muatan politik dalam tuduhan itu terlalu kental. Akan tetapi, kekuasaan pada suatu saat, pada periode tertentu, dapat saja menekan dan bahkan mendikte pihak peradilan untuk berpihak kepada penguasa. Mahathir adalah otak pembaru ekonomi Malaysia dengan the New Economic Policy-nya yang pada awal 1980-an menjadi seorang tough (kukuh dan keras) dan otoritarian dalam gaya kepemimpinannya," paparnya.

Kata Syafii Maarif, Mahathir dikenal juga sebagai "Soekarno Kecil". Bedanya, Soekarno, seorang pemimpin romantis dan gagal membangun ekonomi bangsanya, sementara Mahathir, seorang pragmatis-cerdas yang meraih sukses besar. 

"Itulah sebabnya Mahathir bisa bertahan lama, kemudian baru mundur dengan cara sukarela, sedangkan Soekarno harus mengakhiri karier politiknya secara tidak elok dan mewariskan luka," katanya.

Di bawah Mahathir, lanjut dia, jangan sampai muncul dua matahari bersinar bersama-sama. Anwar sangat populer, retorikanya memukau, kemampuan berbahasa Inggrisnya seimbang dengan mentornya. Sementara dalam bahasa Melayu, Anwar jelas lebih unggul karena memang ia pernah menjadi mahasiswa dalam program Kajian Melayu.

"Di sinilah saya mengamati Anwar kurang sabar untuk menanti sampai matahari Mahathir agak redup. Toh, Mahathir dari awal sudah memberi isyarat bahwa bakal penggantinya adalah Dato' Anwar Ibrahim karena ia sangat paham akan kemampuannya untuk meneruskan kepemimpinannya kelak di Malaysia yang secara ekonomi telah berkembang pesat," jelasnya.

Namun, tulis Syafii Maarif, semua harapan yang semula manis itu menjadi buyar berantakan. Mahathir sangat curiga terhadap move- move Anwar belakangan. 

"Konon kabarnya, memang dari pendukung Anwar ada kelompok yang ingin menempuh jalan pintas, mengakhiri karier politik Mahathir sebelum yang bersangkutan memberi isyarat ke arah itu. Itulah rupanya yang mengundang malapetaka dan benturan keras dalam perpolitikan Melayu," jelasnya.

Rekayasa Tuduhan Terhadap Anwar Ibrahim 

Kedua tokoh ini sama- sama berasal dari kawasan utara Malaysia yaitu, Kedah dan Penang. Keduanya sama-sama memiliki darah India, sekalipun pada diri Mahathir ke-India-an itu lebih kentara. Benturan politik antara Mahathir dan Anwar telah mewariskan trauma demi trauma.

"Mungkin karena Mahathir terlalu kesal memantau gelagat Anwar, maka direkayasalah berbagai tuduhan sampai yang keji sekalipun," katanya.

Lebih dari itu, menurut Syafii Maarif, dari akal yang sehat, manusia tidak bisa menerima bahwa perlakuan polisi Melayu yang memukul Anwar di penjara, sehingga punggungnya cedera berat. Juga larangan untuk berobat ke luar negeri adalah cara-cara yang seharusnya tidak layak dilakukan oleh orang beradab. 

"Namun, apakah politik kekuasaan pada saat-saat tertentu mengenal adab? Kini drama Melayu itu telah usai. Mahathir terkejut mengapa Anwar bebas, tetapi Anwar tidak akan balik menuntut Mahathir," jelasnya.

"Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi yang menurut Anwar tidak melakukan intervensi apa-apa dalam proses peradilan, dengan sendirinya semakin harum namanya. Semoga Anwar Ibrahim akan lebih arif dalam membuat kalkulasi politik, sekiranya di masa depan dunia yang penuh risiko itu masih akan dimasukinya," ujarnya. (*)

Pewarta : Moh Ramli
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bali just now

Welcome to TIMES Bali

TIMES Bali is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.