TIMES BALI, JAKARTA – Rosalynn Carter, mantan First Lady Amerika Serikat meninggal di usia pada usia 96 tahun. Wanita ini merupakan istri Jimmy Carter, Presiden AS ke-39 yang memimpin negara Paman Sam tersebut pada tahun 1977-1981.
Pada masa hidupnya Rosalyn juga merupakan penulis terkemuka. Saat sehat dirinya lebih memilih menghabiskan waktu luangnya dengan mengabdikan diri pada masyarakat, politik, dan sosial.
Lahir pada 18 Agustus 1927, di Plains, Georgia, wanita ini diberi nama Rosalynn Smith. Dirinya tumbuh dalam lingkungan pedesaan yang sederhana.
Menikah dengan Jimmy Carter
Pada tahun 1946, dia menikahi Jimmy Carter, seorang pria dari kota kecil yang kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat ke-39. Pasangan ini bersama-sama menciptakan perjalanan panjang yang tidak hanya mencakup kehidupan pribadi mereka tetapi juga meninggalkan dampak yang mendalam di seluruh dunia.
Perannya sebagai First Lady selama masa kepresidenan suaminya menunjukkan bahwa Rosalynn Carter tidak hanya mengikuti tradisi, tetapi juga menciptakan perubahan yang signifikan.
Dia adalah seorang First Lady yang aktif terlibat dalam kebijakan dan inisiatif pemerintah. Salah satu fokus utamanya adalah membawa perhatian pada isu kesehatan mental, yang pada saat itu masih dianggap sebagai topik yang tabu.
Keberaniannya membawa isu-isu sensitif seperti kesehatan mental ke dalam sorotan publik adalah langkah revolusioner pada masanya. Rosalynn tidak hanya mengadvokasi kesadaran kesehatan mental tetapi juga menjadi pelopor dalam upaya untuk mengakhiri stigma seputar masalah ini.
Pada 1982, bersama dengan suaminya, mereka mendirikan The Carter Center, sebuah lembaga nirlaba yang berkomitmen untuk memajukan kesehatan global, perdamaian, dan hak asasi manusia.
Menulis Buku
Untuk memperkuat eksistensisnya Rosalyn juga menulis beberapa buku. Buku-buku yang ditulisnya, seperti "First Lady from Plains" dan "Within Our Reach: Ending the Mental Health Crisis,".
Buku tersebut tidak hanya memberikan wawasan mendalam ke dalam kehidupannya tetapi juga menjadi sarana untuk mengedukasi masyarakat tentang isu-isu penting. Rosalynn berbicara dengan keberanian dan kejujuran tentang perjuangannya sendiri dan menciptakan ruang bagi diskusi terbuka mengenai kesehatan mental.
Selain itu, kehidupan Rosalynn tidak hanya terfokus pada dunia politik. Sebagai seorang ibu dan istri, dia membawa kelembutan dan kebijaksanaannya ke dalam rumah tangga Gedung Putih. Ketekunan dan dedikasinya terhadap suaminya dan keluarganya menciptakan pondasi yang kuat bagi masa depan mereka.
Meskipun Rosalynn Carter telah meninggalkan kita, warisannya tetap hidup. Inspirasi yang ia berikan, terutama dalam menghadapi isu-isu yang sulit dan melibatkan diri dalam advokasi kemanusiaan, akan terus memotivasi generasi-generasi mendatang.
Karya dan dedikasi Rosalynn dalam mewujudkan perubahan positif di dunia akan terus diingat dan dihargai. Dalam perjalanan hidupnya, Rosalynn Carter tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi agen perubahan yang gigih.
Keberaniannya, kebijaksanaannya, dan cinta yang tak terbatas pada kemanusiaan membuktikan bahwa satu individu dapat memiliki dampak besar. Meninggalnya Rosalynn Carter merangkum perjalanan hidup yang luar biasa, meninggalkan kita dengan warisan yang tak terlupakan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Rosalyn Carter First Lady Pertama AS Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun, Ini Biografinya
Pewarta | : Khodijah Siti |
Editor | : Khodijah Siti |