TIMES BALI, WONOSOBO – Keterbatasan ekonomi seringkali menjadi alasan bagi sebagian orang untuk menyerah pada keadaan. Namun, tidak demikian dengan Surohman (26), pemuda asal Dusun Gondang, Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo.
Meski hanya berpendidikan hingga tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs), keterbatasan itu tidak pernah menghalanginya untuk terus berjuang mengubah nasib.
Kini, ia dikenal sebagai juragan tembakau dengan omzet puluhan juta rupiah per bulan.
Kerja Keras dan Dedikasi
Surohman memulai kisahnya sebagai pekerja di sebuah pangkalan gas LPG milik pamannya di desa tersebut. Setiap hari ia bekerja dengan tekun tanpa mengeluh.
Penghasilan itu ia manfaatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, sekaligus disisihkan sedikit demi sedikit untuk ditabung.
Jiwa wirausaha yang sudah lama terpendam mendorongnya untuk selalu mencari peluang baru, meski ia sadar bahwa modal menjadi tembok tinggi yang sulit diterobos.
Budaya Linting Jadi Peluang Bisnis
Peluang itu datang dalam bentuk pertemuan tanpa sengaja dengan seorang penjual tembakau. Dari obrolan singkat itu, Surohman melihat celah yang bisa ia manfaatkan, yaitu budaya nglinting yang begitu kuat di Wonosobo.
Linting atau kebiasaan meracik dan menggulung rokok sendiri, masih digemari oleh berbagai kalangan, dari masyarakat menengah ke bawah hingga atas.
Uniknya lagi, racikan tembakau di Wonosobo tidak sekadar tembakau kering, tetapi juga dibumbui dengan cengkeh dan kemenyan, menciptakan aroma yang khas dan tak ditemukan di daerah lain.
Sayangnya, keterbatasan modal membuat niat itu sempat tertahan. Namun, seakan semesta berpihak, ada seseorang yang percaya dan memberinya tambahan pinjaman modal.
Tanpa pikir panjang, ia mulai menapaki langkah sebagai pedagang tembakau. Ia berjualan di sebuah lahan di desa sebelah, yakni desa Gendol, Leksono, Wonosobo.
Perjalanan itu tidak pernah mudah. Ada masa-masa sulit saat jualan sepi, atau ketika stok tembakau sulit didapat karena musim panen yang tak menentu.Namun bagi Surohman, menyerah bukan pilihan.
Ia tetap bekerja di pangkalan LPG pada pagi hingga siang hari, lalu melanjutkan aktivitas berdagang tembakau selepasnya. "Kadang sulit cari tembakau yang berkualitas, apalagi harus bersaing sama pedagang yang lebih besar," ujar pria sulung dari tiga bersaudara tersebut.
Meski kini telah memiliki karyawan, ia tetap terjun langsung mengawasi dan membantu proses penjualan.
Untuk harga tembakau yang ia jual sendiri bervariasi, mulai dari 3 ribu hingga 50 ribu per sisirnya. Satu sisir tembakau sendiri bisa untuk meracik 15-25 batang rokok, tergantung ukuran batang lintingan dan selera dari masing-masing konsumen.
"Kalau pulang kerja ya tetap bantu-bantu. Rasanya nggak tenang kalau nggak pegang sendiri," ujarnya sambil tersenyum, menandakan bahwa semangatnya tidak akan padam dalam.
Doa Orang Tua dan Makna Kesuksesan
Kini, omzet bisnis tembakau yang ia kelola bisa mencapai puluhan juta rupiah setiap bulannya. Kesuksesan itu ia gunakan tidak hanya untuk memperbaiki kehidupannya sendiri, tetapi juga untuk membahagiakan orangtua.
Ia bahkan meminta kedua orangtuanya untuk berhenti bekerja dan menikmati masa tua mereka dengan tenang. "Alhamdulillah sekarang sudah bisa sedikit bantu orangtua. Mereka tak perlu kerja lagi," kata Surohman dengan nada syukur.
Ke depan, Surohman memiliki mimpi yang lebih besar. Ia berharap suatu saat bisa membuka cabang usahanya di beberapa wilayah lain di Wonosobo dan sekitarnya.
Harapannya, agar budaya nglinting dengan tembakau khas Wonosobo semakin lestari dan dikenal luas, sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.
Kisah Surohman adalah cermin bagi banyak anak muda di desa yang kerap merasa terhimpit keadaan. Bahwa sejatinya, pendidikan formal memang penting, tapi tekad, kerja keras, dan keberanian untuk mengambil peluang adalah kunci utama untuk mengubah nasib.
Di balik aroma tembakau racikannya, tersimpan kisah perjuangan dan inspirasi yang patut diteladani. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Berkah dari Budaya Linting: Kisah Pemuda Di Wonosobo Jadi Pedagang Tembakau Sukses
Pewarta | : Mutakim |
Editor | : Ronny Wicaksono |