TIMES BALI, BONDOWOSO – Nama Hartatik, seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Desa Taal, Kecamatan Tapen, Kabupaten Bondowoso, mendadak ramai diperbincangkan publik.
Perempuan 43 tahun ini mengunggah video berdurasi 1 menit 33 detik yang berisi permohonan bantuan agar bisa kembali ke tanah air.
Dalam video tersebut, Hartatik memohon langsung kepada Presiden Prabowo Subianto, Menteri Luar Negeri, Anggota DPR RI Nasim Khan, hingga Bupati Bondowoso, Abdul Hamid Wahid.
Ia mengaku terlunta-lunta di Malaysia setelah kabur dari suaminya yang diduga sering melakukan kekerasan. Tak hanya itu, ia juga kehilangan akses terhadap paspornya yang masih ditahan sang mantan majikan. Bahkan ia tak memiliki ongkos untuk kembali.
Menurut ibunya, Atim (60), Hartatik merantau ke Malaysia sejak 2015. Kala itu, ia berangkat hanya bermodalkan nekat, satu tas pakaian dan ditemani dua saudaranya.
“Kalau tak keliru 2015 dulu berangkat,” ujar Atim saat dikonfirmasi Minggu (3/8/2025).
Ia mengaku sempat keberatan atas keinginan Hartatik untuk bekerja ke luar negeri, apalagi statusnya saat itu sudah bercerai dan memiliki dua anak. Namun, akhirnya ia merelakan demi masa depan keluarga. “Saya ngantarkan ke Jatiroto,” kenang Atim.
Di negeri Jiran, Hartatik awalnya bekerja pada keluarga keturunan India sebagai penjual bunga. Ia menerima gaji sekitar Rp2 juta dan rutin menghubungi ibunya di malam hari. Bahkan Atim menjalin komunikasi cukup baik dengan majikan pertama anaknya.
“Sebelumnya 5 tahun itu, komunikasinya itu satu tahun baru anu (telpon, red) soalnya padat kerjanya,” ungkapnya.
Namun semuanya berubah ketika majikan Hartatik meninggal dunia. Anak majikan tersebut kata dia, memperlakukan Hartatik dengan tidak sebaik orang tuanya. Situasi itu membuat Hartatik tak betah dan memilih kabur, tanpa sempat mengambil paspornya.
Setelahnya, Hartatik bekerja di sebuah kantin dan di sanalah ia bertemu dengan pria yang kemudian menjadi suaminya. Pernikahan itu dilakukan dengan restu ibunya yang disampaikan melalui sambungan telepon.
Sayangnya, rumah tangga yang dibangun di negeri orang justru menyisakan luka. Hartatik mulai mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan tidak bisa melapor karena paspornya masih tertahan.
Atim mengaku sempat meluapkan kemarahan ketika Hartatik menyatakan ingin kembali kepada suaminya. “Tapi cuma mulut. Tapi hati saya menangis. Kata saya, ya Allah, selamatkan anak saya,” kisah Atim sambil menyeka air mata.
Meski hidup jauh, Hartatik tetap mengirimkan uang ke kampung halaman, antara Rp300 ribu hingga Rp500 ribu, walau tidak rutin. Uang tersebut digunakan untuk kebutuhan anak-anaknya dan membantu kebutuhan rumah tangga ibunya.
“Untuk anaknya, ini neneknya juga, saya untuk bayar listrik kadang,” jelasnya.
Seminggu sebelum video permohonan bantuan itu viral, Hartatik sempat menelepon ibunya sambil menangis, ingin pulang. Atim yang kebingungan pun mencari bantuan, termasuk kepada tokoh agama. Dari situ, video tersebut akhirnya dibuat dan beredar luas.
“Saya pun berpesan Har jangan. Kasihkan nomermu ke siapa-siapa takut dilacak ke suaminya. Tapi setelah Nasim Khan komunikasi, tenang saya dah,” tambahnya.
Saat tahu video anaknya viral, Hartatik mengaku khawatir. Namun sang ibu menenangkan dan memberinya semangat. “Kamu viral bukan mencuri sapi,” tegas Atim. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Lewat Video untuk Presiden, PMI Asal Bondowoso yang Terlunta di Malaysia Minta Pulang
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Ronny Wicaksono |