https://bali.times.co.id/
Berita

Petani Jeruk di Bali Diminta Prioritaskan Penggunaan Biopestisida, ini Manfaatnya

Sabtu, 27 Juli 2024 - 21:17
Petani Jeruk di Bali Diminta Prioritaskan Penggunaan Biopestisida, ini Manfaatnya Petani jeruk di Bali diminta beralih ke penggunaan Biopestisida untuk mendukung pertanian berkelanjutan. (Foto: Humas Unwar)

TIMES BALI, DENPASAR – Penggunaan biopestisida diyakini dapat menjadi salah satu cara penanggulangan hama dan penyakit pada tanaman jeruk.

Dr. Ir. Ni Putu Anom Sulistiawati, M.Si, akademisi dari Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (Unwar) menyampaikan cara tersebut menjadi salah satu alternatif pestisida yang lebih ramah lingkungan.

"Ini dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pertanian berkelanjutan," terang Anom Sulistiawaty yang juga merupakan Ketua Tim PkM dalam kegiatan sosialisasi dan pelatihan serangkaian program pengabdian kepada Masyarakat (PKM), Sabtu (27/7/2024).

Ia mendorong para petani jeruk di Bali untuk menggunakan biopestisida karena memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan pestisida kimia sintetis.

"Biopestisida terbuat dari bahan-bahan alami seperti bakteri, jamur, atau ekstrak tumbuhan. Penggunaan biopestisida tidak hanya efektif dalam mengendalikan hama dan penyakit, tetapi juga lebih aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan," urainya.

Menurutnya, penggunaan bahan alami seperti daun jeruk nipis, menjadi salah satu usaha penyediaan pestisida organic atau alami sebagai  bahan pemeliharaan tanam jeruk.

Bahan alami dari tumbuhan atau pestisida alami merupakan cara alternatif yang aman untuk digunakan karena terbuat dari bahan alami sehingga jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya aman.

Tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati (biopestisida) bermacam-macam diantaranya adalah tumbuhan selasih,sirih, pepaya dan daun jeruk nipis.

"Ada lebih dari 2400 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 255 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida, salah satunya adalah jeruk nipis (citrus aurantiifolia) mengandung bahan beracun yang disebut  limonoida yang merupakan senyawa dengan golongan terpenoid yang berfungsi sebagai larvasida," ungkapnya.

Jeruk nipis merupakan nama lain lime, limau, jeruk asam yang banyak digunakan masyarakat sebagai penyedap masakan, obat-obatan, kecantikan dan juga sebagai pestisida organik.

"Daun jeruk nipis biasanya mengeluarkan aroma yang harum. Dalam setiap helai daun jeruk niis mengandung ekstrak aroma yang terdiri berbagai jenis minyak esensial," jelasnya.

Beberapa jenis aroma yang khas tersebut antara lain aroma citrus dan sitronelal. Selain itu, lanjutnya, setiap daun jeruk nipis juga mengandung beberapa beberapa senyawa aktif seperti flavonoid, luteolin, limonene, dan masih banyak yang lain

Penggunaan biopestisida secara berkelanjutan dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem pertanian sehingga dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia, kita dapat melestarikan populasi serangga bermanfaat seperti lebah yang berperan penting dalam proses penyerbukan.

Kendati memiliki banyak manfaat, penggunaan biopestisida masih menghadapi sejumlah tantangan seperti ketersediaan yang terbatas, harga yang relatif mahal, dan efektivitas yang terkadang belum seoptimal pestisida kimia.

"Dengan semakin banyaknya petani yang beralih menggunakan biopestisida, saya berharap kualitas dan kuantitas produksi jeruk di Bali dapat terus meningkat," harapnya.

Tak kalah penting, penggunaan biopestisida juga dikatakan Anom Sulistiawaty dapat berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. (*)

Pewarta : Susi Artiyanto
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bali just now

Welcome to TIMES Bali

TIMES Bali is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.