Pendidikan

Presiden RI Jokowi Jelaskan Alasan Perguruan Tinggi Harus Melakukan Perubahan

Selasa, 27 Juli 2021 - 18:35
Presiden RI Jokowi Jelaskan Alasan Perguruan Tinggi Harus Melakukan Perubahan Presiden RI Jokowi. (FOTO: Facebook Presiden Jokowi)

TIMES BALI, JAKARTAPresiden RI Jokowi (Joko Widodo) mengatakan, saat ini masyarakat harus menanggung beban yang berat akibat pandemi Covid-19. Harus berjuang mengatasi permasalahan kesehatan dan permasalahan ekonomi.

"Kita harus berjuang untuk tetap menjalankan proses pendidikan di tengah pembatasan interaksi dan pertemuan fisik," katanya saat Konferensi Forum Rektor Indonesia Tahun 2021, Selasa (27/7/2021).

Pandemi Covid-19 lanjut Kepala Negara, juga merupakan sebuah ujian terhadap ketangguhan, merupakan pressure test sejauh mana Indonesia mampu menghadapi tekanan yang sangat berat ini, menguji ketangguhan di segala bidang, juga menguji ketangguhan dunia pendidikan.

"Kita memang harus berjuang membebaskan rakyat Indonesia dari ancaman Covid-19, tetapi pasti banyak langkah-langkah inovatif yang muncul karena pandemi ini. Kita harus semakin mengembangkannya, kita teruskan di pascapandemi nanti," jelasnya.

Serial Disrupsi

Presiden juga menyampaikan, pandemi ini merupakan rangkaian serial disrupsi, menambah disrupsi yang sebelumnya dipicu revolusi industri 4.0. Perubahan lanskap sosial budaya, perubahan lanskap ekonomi, perubahan lanskap politik, mengalami perubahan besar akibat revolusi industri 4.0.

Teknologi cloud computing, internet of things, artificial intelligence, big-data analytics, advance robotics, virtual reality telah membawa perubahan di segala bidang, di semua bidang.

"Harus akui bahwa teknologi telah menjadi master disrupsi. Perdagangan telah bergeser menjadi e-commerce. Dunia perbankan telah terdisrupsi oleh hadirnya fintech dan berbagai macam e-payment. Dunia kedokteran dan farmasi semakin terdisrupsi oleh healthtech, profesional hukum juga mulai diguncang oleh rechtech, dan dunia pendidikan telah terdisrupsi besar-besaran oleh edutech," katanya.

Pendidikan Tinggi Harus Memperkuat Posisi

Oleh karena itu, menurut Presiden, lembaga pendidikan tinggi mau tidak mau harus memperkuat posisinya sebagai edutech institutions. Teknologi paling dasar adalah pembelajaran memanfaatkan teknologi digital.

Digital learning bukan hanya digunakan untuk memfasilitasi pengajaran oleh dosen internal kampus kepada mahasiswa. Yang juga sangat penting adalah memfasilitasi mahasiswa untuk belajar kepada siapa pun juga, di mana pun juga, tentang apa pun juga.

Pembelajaran dari para praktisi, termasuk pelaku industri sangat penting untuk difasilitasi. Kurikulum harus memberikan bobot SKS yang jauh lebih besar bagi mahasiswa untuk belajar dari praktisi dan industri.

Eksposur mahasiswa dan dosen kepada industri teknologi masa depan harus ditingkatkan, pengajar dan mentor dari pelaku industri, magang mahasiswa ke dunia industri, dan bahkan industri sebagai tenant di dalam kampus harus ditambah, termasuk organisasi praktisi lainnya juga harus diajak berkolaborasi.

"Saya yakin Bapak-Ibu sependapat dengan saya bahwa lembaga pendidikan tinggi harus bekerja untuk kemanusiaan dan kemajuan bangsa. Memecahkan masalah-masalah sosial dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan inovasi secara berkelanjutan," ucapnya.

Perspektif Kewirausahaan

Presiden melanjutkan, perspektif kewirausahaan juga sangat penting agar perguruan tinggi bisa melakukan upaya secara berkelanjutan. Selain memperkokoh karakter kebangsaan berdasarkan Pancasila, para mahasiswa harus dididik dalam ekosistem tersebut.

Yaitu ekosistem yang mendorong socio-techno innopreneur, memecahkan masalah sosial dengan memanfaatkan teknologi secara inovatif dan berkewirausahaan. Para mahasiswa harus difasilitasi untuk mampu bersaing di pasar kerja yang semakin terbuka dan terglobalisasi.

Harus mampu menjadi industriawan yang menciptakan lapangan kerja, mampu meningkatkan status sosialnya, membuat dirinya naik kelas, dan menjadikan UMKM Indonesia juga naik kelas bersama-sama. "Itulah semangat socio-techno innopreneur yang tadi saya katakan. Target tersebut mungkin Bapak-Ibu rasakan sebagai tugas yang berat," jelasnya.

Namun menurut mantan Wali Kota Solo itu, tugas itu akan jauh lebih ringan jika perguruan tinggi bersedia melakukannya dengan cara-cara baru. Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar adalah salah satu instrumen penting untuk itu. Mahasiswa bisa belajar kepada siapa saja, di mana saja, yang dirasa penting untuk mempersiapkan masa depan mereka dan masa depan bangsa.

"Mahasiswa harus di-update dengan perkembangan terkini dan perkembangan ke depan. Banyak pengetahuan dan keterampilan yang menjadi tidak relevan lagi, yang menjadi usang karena disrupsi, tetapi banyak pengetahuan baru yang bermunculan, yang dikembangkan oleh lembaga peneliti dan praktisi, yang barangkali belum sempat dibukukan dan diliteraturkan. Banyak jenis pekerjaan yang hilang karena disrupsi, tetapi juga banyak pekerjaan baru yang bermunculan di masa kini dan masa yang akan datang karena disrupsi," paparnya.

Kepala Negara pun menegaskan, jangan sampai pengetahuan dan keterampilan mahasiswa itu justru tidak menyongsong masa depan. Pengetahuan dan keterampilan yang hebat di masa kini bisa jadi sudah tidak dibutuhkan lagi dalam 5 tahun atau 10 tahun ke depan. Mahasiswa harus disiapkan untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk zamannya.

"Sekali lagi saya tegaskan, dunia perguruan tinggi sangat membutuhkan kolaborasi dengan para praktisi dan pelaku industri. Demikian juga sebaliknya, para pelaku industri sangat membutuhkan talenta dan inovasi teknologi dari perguruan tinggi. Oleh karena itu, ajak industri ikut mendidik para mahasiswa sesuai dengan kurikulum industri, bukan kurikulum dosen, agar para mahasiswa memperoleh pengalaman yang berbeda dari pengalaman di dunia akademis semata," katanya.

Jokowi menyampaikan, para perguruan tinggi harus memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan talentanya. Mahasiswa di jurusan yang sama tidak berarti harus belajar tentang hal yang sepenuhnya sama.

Mahasiswa di jurusan yang sama tidak berarti nantinya harus berprofesi yang sama. Setiap mahasiswa mempunyai talentanya masing-masing, dan talenta ini yang harus digali, difasilitasi, dan dikembangkan. Itulah esensi dari program Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar.

"Apapun jenis profesi masa depan semuanya membutuhkan hybrid knowledge dan hybrid skills. Jangan memagari disiplin ilmu terlalu kaku. Korbannya bukan hanya para alumni yang gagap menyongsong masa depan, tetapi juga perguruan tinggi tidak mampu membangun relevansi dalam dunia yang sedang terdisrupsi," ujar Presiden RI Jokowi. (*)

Pewarta : Moh Ramli
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bali just now

Welcome to TIMES Bali

TIMES Bali is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.