https://bali.times.co.id/
Opini

Hijrah Pendidikan Memaknai Tahun Baru Islam

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:16
Hijrah Pendidikan Memaknai Tahun Baru Islam Ahmad Fajarisma Budi Adam, Guru Matematika SMP N 1 Banjar Seririt Bali.

TIMES BALI, BALI – Setiap pergantian tahun dalam kalender Hijriah membawa kita pada sebuah refleksi mendalam, tidak hanya tentang waktu yang bergulir, tetapi juga tentang esensi hijrah. Lebih dari sekadar perpindahan fisik Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah, hijrah adalah sebuah totalitas perubahan, dari kegelapan menuju cahaya, dari keterpurukan menuju kemajuan. 

Di tengah dinamika kehidupan modern yang serba cepat, makna hijrah ini semakin relevan, terutama dalam konteks pendidikan bagi generasi emas bangsa. Tahun Baru Islam seyogianya bukan hanya perayaan seremonial, melainkan momentum krusial untuk melahirkan sebuah "hijrah pendidikan" yang transformatif.

Hijrah pendidikan berarti bergerak dari paradigma lama yang mungkin sudah tidak relevan menuju pendekatan yang lebih inovatif, holistik, dan berkelanjutan. Ini adalah ajakan untuk meninggalkan metode pengajaran yang hanya berfokus pada transfer pengetahuan kognitif semata, beralih pada pembentukan karakter, pengembangan kecerdasan emosional, spiritual, dan sosial. 

Generasi emas yang kita impikan bukanlah sekadar individu cerdas secara intelektual, melainkan pribadi yang utuh, berakhlak mulia, memiliki kepedulian sosial tinggi, dan siap menghadapi tantangan zaman dengan integritas.

Salah satu pilar utama hijrah pendidikan ini adalah integrasi nilai-nilai Islam dalam setiap aspek pembelajaran. Bukan berarti membatasi kurikulum hanya pada pelajaran agama, melainkan menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, amanah, tanggung jawab, empati, dan semangat kolaborasi dalam setiap mata pelajaran. 

Misalnya, dalam pelajaran sains, kita bisa mengajarkan tentang kebesaran ciptaan Tuhan; dalam ekonomi, tentang prinsip keadilan dan distribusi kekayaan yang merata. Dengan demikian, ilmu pengetahuan tidak lagi terasa sekadar materi kering, melainkan jalan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan memahami alam semesta dengan lebih bijak.

Lebih jauh, hijrah pendidikan menuntut kita untuk bergeser dari model pendidikan yang hanya berorientasi pada hasil akademis dan kompetisi individual. Kita perlu mendorong kolaborasi, kreativitas, dan berpikir kritis. Sekolah harus menjadi tempat di mana siswa merasa aman untuk bertanya, bereksperimen, dan bahkan membuat kesalahan sebagai bagian dari proses belajar. 

Guru, sebagai garda terdepan, perlu bertransformasi dari sekadar pengajar menjadi fasilitator, mentor, dan inspirator yang mampu membimbing siswa menemukan potensi terbaiknya. Pelatihan berkelanjutan bagi para pendidik adalah keniscayaan agar mereka mampu menguasai metode-metode pengajaran terbaru dan relevan dengan kebutuhan abad ke-21.

Tahun Baru Islam juga mengingatkan kita pada pentingnya keteladanan. Nabi Muhammad SAW adalah teladan sempurna dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam mendidik dan membangun masyarakat beradab. Para pendidik, orang tua, dan seluruh elemen masyarakat memiliki peran vital untuk menjadi teladan yang baik bagi anak-anak. 

Lingkungan yang kondusif, penuh kasih sayang, dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral adalah pupuk terbaik bagi pertumbuhan generasi penerus. Ketika anak-anak melihat konsistensi antara perkataan dan perbuatan, antara nilai yang diajarkan dan praktik dalam kehidupan sehari-hari, mereka akan tumbuh menjadi individu yang berintegritas dan memiliki fondasi karakter yang kuat.

Selain itu, hijrah pendidikan juga berarti membuka diri terhadap teknologi dan inovasi. Di era digital ini, teknologi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran akan membuat proses edukasi lebih menarik, interaktif, dan mudah diakses. 

Namun, pemanfaatan teknologi harus diimbangi dengan filterisasi dan pendampingan agar tidak menjerumuskan generasi muda pada dampak negatif. Ini adalah tantangan sekaligus peluang untuk mendidik generasi yang cakap digital, namun tetap menjunjung tinggi etika dan moral.

Momentum Tahun Baru Islam ini adalah pengingat bahwa membangun generasi emas bangsa bukanlah tugas tunggal pemerintah atau sekolah semata, melainkan tanggung jawab kolektif. Orang tua, masyarakat, lembaga pendidikan, hingga pemerintah harus bersinergi mewujudkan ekosistem pendidikan yang ideal. 

Dengan semangat hijrah yang membara, mari kita jadikan setiap Tahun Baru Islam sebagai penanda awal langkah baru dalam membangun peradaban pendidikan yang gemilang, mencetak generasi yang tidak hanya cerdas dan kompeten, tetapi juga beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, siap menjadi pemimpin masa depan yang membawa kemajuan bagi bangsa dan negara.

***

*) Oleh : Ahmad Fajarisma Budi Adam, Guru Matematika SMP N 1 Banjar Seririt Bali.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bali just now

Welcome to TIMES Bali

TIMES Bali is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.