TIMES BALI, MALANG – Tanggal 7 November 2020 lalu, video klip dengan lagu Hijau Lestari berbasis Dawai Cempluk yang dibawakan Duo Etnicholic menang di Sopravista International Festivals Italy.
Diunggah dalam program channel youtube iRL Gigs, sebuah channel yang berisi karya music non mainstream dari Malang, duo Etnicholic yang digawangi oleh Redy Eko Prastyo (pemain Dawai Cempluk, Vocal) dan Anggar Syaf'iah Gusti (Lead Vocal) jadi buah bibir netizen.
Ilustrasi Dawai Cempluk (FOTO: Duo Etnicholic for TIMES Indonesia)
Anggar mengaku, awal saat submit video klip itu, dia dan Redy, tak punya ekspektasi yang besar. "Apalagi menang dalam nominasi yangg dipilih yaitu dalam Vocal solo dan Instrument," kata Anggar dalam keteranagn resminya, Kamis (24/12/2020).
Saat itu Anggar melihat website festival di https://www.sopravista.com/, rupanya banyak sekali peserta dari banyak negara yang ikut dengan ragam nominasi yang dipilih.
Pada tanggal 23 Desember 2020, seorang kawan Redy dari Italia mengirim pesan WA. Dia meng-capture pengumuman bahwa Duo Etnicholic menang di ajang tersebut sebagai '1 DEFREE LAUREATE NOMINASI MIXED VOCAL DAN INSTRUMENT'.
Mendapat kabar WA tersebut, Redy akhirnya mem-forward informasi tersebut ke Anggar. "Duo Etnicholic akan mendapat kesempatan untuk datang ke Italia untuk mengikuti ajang tersebut tahun depan 2021. Serta sekaligus mempromosikan instrumen musik berbasis kampung, Dawai Cempluk," kata Redy.
Kisah Duo Etnicholic
Duo Etnicholic ini sebenarnya adalah group dengan formasi baru. Formasi besarnya sebenarnya bernama Etnicholic Project.
Awalnya, Redy sebagai leader dari proyek ini, menginisiasi untuk membuat duo untuk kebutuhan program IRL Gigs. Redy mengajak Anggar salah satu vocalis dari Etnicholic Project juga.
Pada Latihan awal mereka braind storming bareng menyusun karya lagu dengan model jam session dulu. Anggar bertugas membuat lagu dan lirik nya agar bisa diterima mileneal.
Ilustrasi pengumuman pemenang Sopravista International Festivals Italia (FOTO: Duo Etnicholic for TIMES Indonesia)
Anggar adalah seorang guru kesenian di SMA BSS Universitas Brawijaya. Kebetulan, Redy salah satu staf di unit di bawah Badan Usaha Akademik (BUA) UB yaitu di UB Radio sebagai manajer. Karena sama-sama bekerja di bawah BUA UB, maka terbentuklah format ini.
Anggar guru multi talenta. Dia bagus di olah vocal, tari serta menggambar. Anggar lulusan Pendidikan Seni. Kolaborasi Anggar dan Redy sebanrnya sudah dimulai sejak 2008 lalau lewat Artmochestra Digital Etnik. Jadi, mereka tidak begitu kesulitan menemukan bentuk pengkaryaan ekplorasi bebunyiannya.
Dawai Cempluk
Redy juga penggiat kampung lingkar kampus, yaitu Kampung Cempluk. Redy ingin mengangkat entitas instrumen musik yang berbasis kampung, bukan berbasis suku atau etnis. Kebetulan di Kampung Cempluk ada seorang warga yang dalam satu tahun ini dia dampingi untuk membuat sebuah instrumen music berbasis Dawai. Nama instrumen tersebut diberi nama Dawai Cempluk. Nama yang juga sama dengan nama kampungnya, Kampung Cempluk.
Cak Budi Ayin salah satu pembuat instrumen ini, berprofesi sebagi tukang kayu, tukang cat dan kuli bangunan. Instrument Dawai Cempluk buatannya dia buat secara ototidak dengan peralatan yang sederhana. Seperti badik, gergaji, palu, alat cokel. Tidak ada peralatan modern semua hand made manual. Proses pembuatannya, dia belajar dari Youtube.
Sekitar 30 instrumen Dawai Cempluk buah tangannya dengan berbagai macam bentuk, akan dopamerka pada 28 Desember 2020 sampai 1 Januari 2021 di Pasar Seni Dewan Kesenian Malang. Dia juga membuka pesanan Dawai Cempluk bika ada yang tertarik.
Sebagai Creator music dan music composer, Redy rupanya sangat jeli melihat potensi warga kampung ini. Dia punya misi, bagaimana instrumen ini menjadi sebuah entitas/aset dari potensi kampung yang berbasis kreatif. Salah satunya, dangan memainkan Dawai Cempluk ini di setiap karya musiknya.
Dia sudah mulai enggan untuk memainkan instrumen lain. Rupanya, dia memilih fokus memainkan dawai karya warga Kampung Cempluk ini. Upayanya berbuah hasil saat lagu Hijau Lestari yang berbasis Dawai Cempluk ini ternyata menang di Sopravista International Festivals. (*)
Pewarta | : |
Editor | : Faizal R Arief |