https://bali.times.co.id/
Ekonomi

Ratusan Wisawatan Antusias Ramaikan Festival Angkringan Yogyakarta #3

Minggu, 26 Oktober 2025 - 19:18
Ratusan Wisawatan Antusias Ramaikan Festival Angkringan Yogyakarta #3 Suasana Festival Angkringan Yogyakarta #3 di Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta. (FOTO: Soni/TIMES Indonesia)

TIMES BALI, YOGYAKARTA – Suasana Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTHY) berubah meriah akhir pekan ini. Puluhan angkringan beraroma kopi joss, sate tusuk dan nasi kucing khas Yogyakarta memenuhi area pasar dalam gelaran Festival Angkringan Yogyakarta #3, Sabtu–Minggu (25–26 Oktober 2025).

Ajang tahunan yang digelar Pemerintah Kota Yogyakarta ini bukan sekadar pesta kuliner rakyat, tetapi juga langkah strategis untuk menguatkan angkringan sebagai ikon budaya dan penggerak ekonomi di wilayah selatan kota.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, menegaskan bahwa kawasan selatan Yogyakarta memiliki potensi besar untuk menjadi poros ekonomi baru.

Ia menilai selama ini geliat ekonomi masih terpusat di tengah kota, sementara kawasan selatan seperti Mantrijeron, Umbulharjo, dan sekitarnya belum tergarap optimal.

“Kita berharap ekonomi Yogyakarta bisa bergeser ke selatan. Di sini sudah ada PASTHY yang menjual satwa dan tanaman hias, ke depan kita dorong jadi destinasi wisata religi dan pusat perdagangan,” ujar Wawan, Minggu (26/10/2025).

Wawan juga menyoroti potensi spiritual kawasan tersebut. Tak jauh dari PASTHY berdiri sejumlah pondok pesantren dan Masjid Pathok Negoro, yang bisa dikembangkan menjadi wisata religi. Ia mendorong Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta untuk melakukan pendataan pedagang dan meningkatkan kompetensi SDM di kawasan ini.

Festival-Angkringan-Yogyakarta-2.jpg

“Kami ingin Yogya Selatan jadi sentra ekonomi baru. Nantinya akan muncul kantong-kantong ekonomi di pinggiran kota, agar tidak semua kegiatan menumpuk di pusat,” tambahnya.

Dari Ruang Sosial ke Simbol Kebersamaan

Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Veronica Ambar Ismuwardani, mengungkapkan bahwa sekitar 60 angkringan dan tenan non-angkringan ikut meramaikan festival tahun ini.

Setelah dua kali sukses di Pasar Ngasem, kali ini PASTHY dipilih sebagai lokasi untuk “menularkan” keramaian dan meningkatkan kunjungan serta omzet pedagang pasar.

“PASTHY ini kan bukan pasar kebutuhan pokok, tapi tempat orang mencari hewan peliharaan dan tanaman hias. Dengan adanya Festival Angkringan, kami ingin suasananya lebih hidup dan menjadi destinasi wisata keluarga,” jelas Veronica.

Menurutnya, festival ini bukan sekadar pameran kuliner. Angkringan sudah menjadi ikon kebudayaan Yogyakarta, sebagaimana tergambar dalam karya almarhum sastrawan Joko Pinurbo yang menulis, “Yogya terbuat dari pulang, rindu, dan angkringan.”

“Angkringan bukan cuma tempat makan, tapi juga ruang interaksi sosial tanpa sekat. Di sinilah orang dari berbagai latar belakang bisa duduk bersama, ngobrol, dan saling mengenal,” imbuhnya.

Festival Rakyat Penuh Warna

Selain deretan angkringan legendaris, Festival Angkringan Yogyakarta #3 juga menyuguhkan berbagai kegiatan hiburan seperti panggung musik rakyat, kompetisi menarik, bazar sembako murah, hingga sesi unik baca tarot.

Tak kalah menarik, acara ini juga menjadi momen peluncuran layanan pembayaran retribusi parkir digital QRIS di dua pasar besar: Pasar Beringharjo dan PASTHY. Inovasi ini diharapkan mempermudah transaksi dan mendorong digitalisasi pelayanan publik.

Salah satu peserta festival, Karsinah, pemilik angkringan asal Kotagede, mengaku senang bisa ikut serta dalam ajang ini.

“Senang banget, Mas. Ini pertama kali saya ikut. Pembeli ramai, dagangan laris, bisa nambah penghasilan,” ucapnya sambil tersenyum.

Tak hanya pedagang, warga Yogyakarta dan wisatawan pun tampak menikmati suasana festival. Banyak pengunjung yang datang bersama keluarga, menikmati kopi panas sambil menonton pertunjukan musik tradisional.

Dengan semangat “ngopi bareng tanpa sekat”, Festival Angkringan Yogyakarta tidak hanya menjaga tradisi, tapi juga menghadirkan wajah baru ekonomi rakyat yang berbasis kebudayaan dan kearifan lokal.

Pemkot Yogyakarta berharap acara ini bisa terus berlanjut tiap tahun sebagai ikon wisata kuliner rakyat yang memperkuat identitas kota sekaligus pemerataan ekonomi di wilayah selatan. (*)

Pewarta : Soni Haryono
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bali just now

Welcome to TIMES Bali

TIMES Bali is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.