https://bali.times.co.id/
Berita

Gubernur Khofifah Rekom Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional bagi KH Yusuf Hasyim

Minggu, 16 Maret 2025 - 18:14
Gubernur Khofifah Rekom Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional bagi KH Yusuf Hasyim Gubernur Khofifah saat memberikan dukungan dalam acara Seminar Nasional Pengusulan KH Muhammad Yusuf Hasyim sebagai Pahlawan Nasional di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Minggu (16/3/2025).(FOTO : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMES BALI, SURABAYAGubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menghadiri acara Seminar Nasional Pengusulan KH Muhammad Yusuf Hasyim sebagai Pahlawan Nasional di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Minggu (16/3/2025).

Acara ini juga dihadiri Pengasuh Ponpes Amanatul Ummah KH Asep Saifuddin Chalim, Staf Khusus (Stafsus) Menteri Sosial H Abdul Malik Haramain, KH Zawawi Imron, Kepala Badan Penyelenggara Ibadah Haji, KH M Irfan Yusuf selaku pihak keluarga dan Ketua PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin serta Tim Pengkaji Peneliti Gelar Pahlawan (TP2GP).

Seminar-Nasional-Pengusulan-KH-Muhammad-Yusuf-Hasyim-sebagai-Pahlawan-Nasional.jpgSeminar Nasional Pengusulan KH Muhammad Yusuf Hasyim sebagai Pahlawan Nasional di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Minggu (16/3/2025).(FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

Sebelumnya, Khofifah meminta agar KH Asep Saifuddin Chalim memproses pengusulan tersebut. Sementara Kementerian Sosial akan memberikan dukungan agar segera membentuk tim pengkaji gelar Pahlawan Nasional terhadap KH Muhammad Yusuf Hasyim.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) sendiri telah sepakat mengusulkan gelar Pahlawan Nasional untuk KH Muhammad Yusuf Hasyim ke Kemensos RI.

Hasil sidang Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) tingkat daerah maupun Pemprov Jatim menyatakan berkas pengajuan gelar pahlawan sudah lengkap. Total ada sembilan dokumen yang diajukan.

"Di antara perjuangan luar biasa yang dilakukan tokoh NU, sangat sedikit sekali yang didokumentasikan sebagai dokumen negara, karena apa? Karena ikhlas dan ikhlas," kata Khofifah.

Gubernur Khofifah pun mendorong agar NU mengumpulkan dokumentasi perjuangan Kiai sebagai dokumen negara. Hal tersebut sebagai benang merah kekuatan NKRI yang terus bersambung. 

Ia juga mengapresiasi dukungan seluruh kiai dan tokoh ulama seperti KH Zawawi Imron Sang Celurit Emas yang datang secara khusus dari Madura untuk mendukung pengusulan gelar Pahlawan Nasional bagi KH Muhammad Yusuf Hasyim.

"Saya termasuk yang ikut berproses karena pada saat pengajuan saya masih di Mensos. Tidak hanya tokoh NU tetapi juga tokoh-tokoh Muhammadiyah dan sangat banyak pergerakan di Jatim, sangat banyak Pahlawan Nasional dari Jatim. Maka barangsiapa yang sudah meminum air dari Jatim, maka perjuangannya luar biasa," katanya.

"Oleh karena itu kita ikhtiarkan untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional," sambungnya.

KH Muhammad Yusuf Hasyim sendiri merupakan panglima perang 10 November 1945 dan berpangkat terakhir Letnan I. Selain menjadi tentara, beliau juga seorang pejuang, kiai dan aktivis. 

"Patut kita apresiasi dan kita hargai bahwa apa yang dilakukan beliau sejak perjuangan kemerdekaan, menjadi aktivis NU dan komandan Banser pertama kali juga sebagai politisi sebagai anak bangsa yang ingin memajukan negara ini," ungkap Staf Khusus Mensos  H Abdul Malik Haramain.

"Saya yakin karena keikhlasan beliau, Insya Allah ini nanti bisa terealisasi dan beliau akan segera ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional," kata KH Asep Saifuddin Chalim.

"Kita tahu dari puluhan Pahlawan Nasional di Indonesia, yang dari NU ada 13 sehingga sangat tidak masuk akal bahwa kiai-kiai NU yang berjuang begitu banyak, hanya 13 yang tercatat sebagai Pahlawan Nasional," ungkap KH M Irfan Yusuf selaku pihak keluarga.

Profil KH Muhammad Yusuf Hasyim

Sementara menurut Ketua PWNU Jatim, KH Muhammad Yusuf Hasyim memiliki peran besar bagi bangsa dan negara.

Berdasarkan catatan NU Online, KH Muhammad Yusuf Hasyim tidak seperti anak kiai kebanyakan yang selalu diawali dengan gus atau juga kiai. Beliau lebih akrab dipanggil Pak Ud, yang mengesankan sebagai tokoh apa adanya. Namun kiprahnya sangat luar biasa. 

KH Yusuf Hasyim memang berdarah kiai yang lahir ketika para santri tengah syahdu melantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an di Pesantren Tebuireng Jombang. 

Beliau adalah putra bungsu Kiai M Hasyim Asy’ari dari tujuh bersaudara. Tepatnya dilahirkan pada tanggal 3 Agustus 1929 saat suara adzan dikumandangkan. Masa kecilnya lebih dihabiskan untuk memperdalam ilmu keagamaan. 

Di samping belajar langsung pada ayahandanya, sejak umur 12 tahun sudah melancong ke Pesantren al-Qur’an Sedayu-Gresik yang diasuh Kiai Munawar. Lantas pergi ke Yogyakarta untuk nyantri ke Pondok Pesantren Krapyak di bawah asuhan Kiai Ali Ma’sum. 

Ia juga pernah belajar di Pondok Modern Gontor Ponorogo. Ketika usianya genap 16 tahun, bergabung ke Laskar Hizbullah Jawa Timur. Itu terjadi pada awal tahun 1945. 

Saat Resolusi Jihad dikeluarkan para ulama tanggal 22 Oktober 1945 yang turut mendorong meletusnya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, Yusuf Hasyim terpilih sebagai Komandan Kompi Laskar Hizbullah Jombang. Itu pula yang membuat tentara Belanda merangsek ke Jombang dan meluluh-lantakkan kota santri.

Keadaan waktu itu betul-betul meradang. Pasukan Belanda kemudian bergerak ke arah selatan, untuk mengejar Laskar Hizbullah pimpinan Yusuf Hasyim. 

Dada kirinya tertembak dalam kontak senjata di Desa Nglaban, Cukir. Untungnya, peluru-peluru itu tidak sampai menembus dadanya. Hanya baju seragam militernya yang terkoyak. Namun demikian, desing peluru itu sempat membuatnya pingsan selama berjam-jam.

Ketika Laskar Hisbullah dilebur ke dalam Tentara Nasional Indonesia pada tahun 1947, Pak Ud, demikian panggilan karib Yusuf Hasyim masuk menjadi tentara aktif dan mendapat pangkat letnan satu hingga pensiun. Dalam peristiwa Madiun 1948, Pak Ud menjadi salah satu komandan tempur yang berada di garis depan.

Pak Ud bersama pasukannya berhasil menyelamatkan beberapa tokoh penting yang diculik PKI seperti Kapten Hambali, KH Ahmad Sahal dan Pengasuh Pondok Modern Gontor Ponorogo, KH Imam Zarkasyi.

Pasca peristiwa berdarah G 30 S PKI, Pak Ud masih terus berjuang. Di samping pernah menjadi Ketua Wilayah Ikatan Bekas Pejuang Islam Indonesia Jawa Timur, juga bergabung dengan Gerakan Pemuda (GP) Ansor – sebagai Ketua I Pengurus Besar GP Ansor. 

Dirinya juga memulai karir di kancah politik praktis. Perjalanan karir sebagai politikus dimulai ketika menjadi wakil Sekretaris Jenderal di Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI).

Di tahun 1967 itu, Pak Ud menjadi wakil rakyat ketika ada penyegaran keanggotaan DPRGR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong).
Kebijakan merombak keanggotaan DPRGR ini menyusul terbitnya instruksi Jenderal Soeharto, yang mengemban Supersemar untuk membersihkan parlemen dari anggota yang berasal dari PKI dan simpatisan Orde Lama.

Memasuki gerbang DPR, Pak Ud segera terlibat dalam berbagai proses politik yang sangat dinamis di hari-hari menjelang berakhirnya kekuasaan Orde Lama. Karir di DPR terus bertahan hingga tahun 1980-an.

Sebagai salah seorang Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBaNU), Pak Ud turut berperan ketika NU memutuskan serangkaian kebijakan bersejarah tahun 1984 seperti kembalinya ke Khittah NU 1926.

Ketika ada perselisihan pendapat tentang posisi NU dalam percaturan politik di Indonesia, KH Yusuf Hasyim-lah yang mengusulkan agar pengertian khittah perlu ditafsir ulang. Terutama pasca kejatuhan Presiden Soeharto tahun 1998.

Dan tepat pada 30 Desember 2006, Pak Ud terjatuh di kamar rumahnya di Desa Cukir. Setelah itu mengeluh sakit pinggang. Karena kondisinya semakin memburuk, keesokan harinya dibawa ke RSUD Jombang dan dirawat selama tiga hari.

Lalu pada 2 Januari Pak Ud dirujuk ke RSUD Dr Soetomo Surabaya. Setelah dirawat selama 12 hari di sana, pada Ahad, 14 Januari 2007 Pak Ud berpulang ke rahmatullah. Jenazah Pak Ud lalu dibawa dan dikebumikan di komplek pemakaman keluarga Pesantren Tebuireng.

Sekitar pukul 10.30 WIB, rentetan tembakan salvo mengiringi pemakaman jenazah Pak Ud ke liang lahat. Cucuran air mata dari ribuan penziarah mengiringi jenazahnya yang dimakamkan secara militer.

Pak Ud sebenarnya sangat layak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP). Namun keluarga besar Hadratussyekh KH M Hasyim Asy`ari meminta Pak Ud dikebumikan di makam keluarga besar Tebuireng.

Untuk mengenang jasa-jasa perjuangannya, markas besar Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Jakarta menetapkan Pak Ud sebagai Pahlawan Nasional.

Penganugerahan itu dilakukan pada pertengahan Maret 2007, diwujudkan dengan upacara pemberian tonggak bambu runcing di atas pusara Pak Ud yang berada di belakang komplek Pesantren Tebuireng.

Pemancangan miniatur bambu runcing dengan bendera kecil merah-putih di ujungnya, merupakan simbol bahwa Pak Ud adalah pahlawan nasional yang dimakamkan di luar TMP.

KH Muhammad Yusuf Hasyim menyandang banyak bintang penghargaan, antara lain Bintang Gerilya, Satya Lencana Kesetiaan, Satya Lencana Madya, dan sejumlah bintang penghargaan lain. Karenya sangat tepat kalau dikatakan Pak Ud adalah jenderal sejati sehingga diusulkan untuk meraih gelar Pahlawan Nasional kepada Pemerintah RI. (*)

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bali just now

Welcome to TIMES Bali

TIMES Bali is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.