TIMES BALI, JAKARTA – Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa jumlah kematian global akibat kolera meningkat tajam sebesar 71% pada tahun 2023, mencapai lebih dari 4.000 korban.
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 4 September 2024, mengekspresikan keprihatinannya terhadap lonjakan ini, Ia menggarisbawahi bahwa kolera sebenarnya adalah penyakit yang dapat dicegah dan mudah diobati.
Tedros menyebut lingkungan, ekonomi dan politik berkontribusi besar pada penyebaran wabah kolera yang terus meningkat. “Konflik, perubahan iklim, air dan sanitasi yang tidak aman, kemiskinan dan pengungsian, semuanya berkontribusi pada meningkatnya wabah kolera," ungkapnya.
Kolera menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi oleh bakteri, yang dapat memasuki pasokan air minum atau air yang digunakan dalam penyediaan makanan.
Gejala utama kolera, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, meliputi diare parah, muntah, peningkatan rasa haus, kram otot, dan kegelisahan. Peningkatan kasus dari tahun 2022 ke 2023 mencapai 13%, dengan 38% di antaranya terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun.
Laporan WHO menunjukkan bahwa Afrika mengalami lonjakan kasus kolera sebesar 125% tahun lalu, sementara wilayah Timur Tengah dan Asia mengalami penurunan sebesar 32%. WHO mengumpulkan data tentang kolera dari 45 negara untuk tahun 2023. Data menunjukkan bahwa beberapa kematian akibat kolera terjadi di luar fasilitas kesehatan, menandakan kesenjangan serius dalam akses pengobatan.
Beberapa negara yang melaporkan wabah besar kolera pada tahun 2023 termasuk Afghanistan, Kongo, Malawi, dan Somalia. Negara-negara seperti Ethiopia, Haiti, Mozambique, dan Zimbabwe juga mencatat kasus baru.
WHO mencatat bahwa wabah kolera masih aktif di 22 negara berdasarkan data awal 2024. Meskipun vaksin kolera tersedia, saat ini hanya diproduksi oleh satu produsen yang tidak mampu memenuhi permintaan global. Tedros mendesak produsen lain untuk memproduksi vaksin tersebut.
Terapi rehidrasi, yang bertujuan untuk mengganti cairan yang hilang akibat diare dan muntah, adalah pengobatan utama untuk kolera, tetapi WHO melaporkan bahwa persediaannya saat ini rendah. WHO telah meminta dana sebesar US$50 juta untuk mengatasi masalah ini, namun kebutuhan tersebut masih belum terpenuhi.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: WHO: Lonjakan Kematian Akibat Kolera Meningkat 71 persen pada 2023
Pewarta | : VOA Indonesia |
Editor | : Faizal R Arief |